Ahmad Khusein (51), petani asal Desa Ketanireng, Kecamatan
Prigen, Kabupaten Pasuruan, menuai hasil yang memuaskan berkat keuletan
dan kerja keras serta keyakinan yang tinggi untuk melakukan suatu usaha.
Ia menjalani berkebun buah salak dari tanah yang awalnya di sewa
kemudian dibelinya.
Saat ini, pria lulusan salah satu sekolah SMA swasta di
Pandaan ini sudah memiliki 1.800 an rumpun (pohon) salak terbagi dari 2
lahan kebun salak yang dimilikinya.
Mengawali menanaman pada tahun 2005, kini Khusein bisa
meraup untung dari hasil panenya Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per tahun.
“Bagus tidaknya omset penjualan salak ini tergantung cuaca, karna
setiap tahun salak ini hanya bisa panen 2 kali,” terang Khusein, Kamis
(24/12/2015).
Menurut Khusein, menanam salak jauh lebih menguntungkan
daripada padi. “Saya pernah membandingkan bahwasannya keuntungan yang
saya dapat lebih bagus daripada menanam padi. Itu disebabkan karna biaya
perawatan yang tidak begitu rumit dan mahal.”
Khusein mendapatkan bibit salak pondo ini dari Ubaya
Mojokerto, yang mengambil langsung dari Jogjakarta. Maka tidak heran
kalau Khusein berkali-kali bilang “ini salak pondo Jogja mas.”
Khusein tidak hanya berkisah manisnya berkebun salak. Ia
juga menceritakan kesulitan dan tantangan yang dihadapi sebelum meraih
kesuksesan. Menanam salak, kata dia, membutuhkan kesabaran. Karena
sedari menanam hingga berbuah membutuhkan waktu lima tahun.
“Pertumbuhan serta perkawinan antara salak jantan dan salak
betina lama ketika masih baru menanam. Apabila tidak ulet dalam
mengawinkan kedua salak tersebut, salak pondo yang biasanya terasa manis
dan gurih akan berubah rasa menjadi sedikit kecut,” terangnya fasih.
Banyak tantangan yang harus dihadapi saat masa awal
berkebun salak. Salah satu yang bikin sangat kesal adalah saat salaknya
dicuri.
“Lebih dari satu dua kali kebun saya pernah dimasuki orang lain untuk mengambil salak saya” ujar Khusein.
Lokas kebunnya yang jauh dari pemukiman warga memudahkan
kebun salaknya jadi sasaran pencurian. Namun, semua kejadian itu ia
hadapi dengan sabar.
By : Rosydi
Rubrik : Ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar