Sabtu, 06 Februari 2016

Beredar SE Bupati Larang Velentine Day Tanpa Nomor dan Stempel


surat edaran bupati 













Beredar Surat Edaran (SE) Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf terkait larangan kepada pelajar merayakan Valentine Day. SE tersebut beredar luas di media sosial dan grup-grup instan messenger.

Dari gambar yang didapat, Sabtu (6/2/2016), SE tersebut terbubuh tanda-tangan Bupati Irsyad Yusuf dengan tinta warna biru. SE tersebut dikeluarkan pada tanggal 3 Februari 2016, dengan tembusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan dan instansi terkait.

Namun terdapat kejanggalan di SE tersebut sehingga masih diragukan keabsahannya.
Kejanggalan terdapat di kop dimana nomor surat tidak lengkap. Selain itu, surat tersebut juga tidak terbubuh stempel.
Belum dipastikan keaslian SE tersebut. Sampai berita ini ditulis pihak Pendopo maupun Pemkab Pasuruan belum bisa dikonfirmasi.

Masyarakat Candiwates agar Maslahat, BPD Kirim Surat ke Bupati

Penolakan terhadap SK pemberhentian Kepala Desa Candiwates Kecamatan Prigen, Pasuruan ternyata tak hanya datang dari warga dan pendukung Kades Sueb.
Pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) setempat pun akhirnya memutuskan untuk menolak sekaligus meminta agar Bupati Pasuruan mencabut SK pemberhentian bernomer 141.1/112/HK/424.013/2016 tersebut.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh wartabromo, surat permohonan pencabutan SK pemberhentian kades Sueb bernomer 02/BPD-CW/II/2016 tersebut ditandatangi langsung oleh Ketua BPD Candiwates, Sunarko tertanggal 3 Pebruari 2015.
“Ini tadi suratnya diantar Sholeh anggota BPD ke Pemkab, ” kata Suryono Pane, Penasehat hukum Kades Sueb, Kamis (4/2/2015).
Ada 7 point alasan yang disampaikan oleh BPD Candiwates dan dituangkan dalam Surat yang ditujukan kepada Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf tersebut salah satunya yakni bahwa sesuai ketentuan peraturan daerah nomer 6 tahun 2015 pasal 87 ayat 2 huruf C dan pasal 89 ayat 1 pemberhentian Kepala Desa tidak memenuhi syarat harus melalui usulan BPD kepada Bupati melalui Camat.

Pakar Hukum : Pemberhentian Kades Candiwates Perlu Dipertanyakan

Munculnya SK Pemberhentian Kepala Desa Candiwates Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan oleh Bupati Pasuruan terus menuai kontroversi.
Pakar hukum dari Universitas Merdeka Pasuruan, Dr. Ronny Winarno SH, M.Hum berpendapat alasan pemberhentian Kepala Desa Candiwates Kecamatan Prigen paska putusan pengadilan memang masih patut untuk dipertanyakan meski hakim telah memutuskan Kades tersebut bersalah namun menurutnya, seharusnya tidak serta merta pemerintah mengeluarkan SK Pemberhentian melainkan harus dilalui dengan masukan dan pertimbangan termasuk sisi hukum, manfaat dan kebutuhan masyarakat desa.
“Ada banyak pertimbangan yang harusnya dilalui sebelum mengambil sikap. Pemda agaknya melakukan upaya Diskresi dalam kasus ini, sehingga tidak melalui mekanisme tahapan. Kendati demikian patut diperhatikan jika Ijazah hanyalah salah satu dari syarat – syarat yang lainnya. Apalagi hasil putusan pengadilan salah satu pointnya (kades) masih dibutuhkan masyarakat, ” ujar pada wartabromo.
Selain ijazah, lanjutnya, ada pertimbangan lain yang menjadikan seseorang dianggap memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa yang harus diperhatikan dan dinilai secara global.

Truk karton terbakar, macet hingga Purwosari


 




Jendela Himakom- Sebuah truk bermuatan karton terbakar di jembatan layang Purwodadi-Lawang, Jumat (5/2/2016). Hampir semua kertas yang diangkut truk habis dilalap api.
Informasi yang dihimpun, kebakaran terjadi pukul 11.00 WIB. Muatan kertas membuat api dengan cepat membesar.
Api baru bisa di padamkan dengan mendatangkan dua unit pemadam kebakaran dari Kabupaten Malang.
“Kira-kira setengah jam lah api baru padam,” tutur anggota pemadam kebakaran.
Akibat kejadian ini, menyebabkan kemacetan lalu lintas panjang di jalur pariwisata. Sejumlah polisi terjun ke lokasi mengurai kepadatan.

Senin, 01 Februari 2016

KENDALA BULOG JATIM SERAP GABAH PETANI

Terlambatnya HPP dan masa panen serta kondisi cuaca menjadi kendala bagi Perum Bulog Divre Jatim untuk melakukan penyerapan gabah milik petani hingga bulan mei 2015 ini.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bulog Divre Jatim, Witono, Senin (18/5/2015).

Menurutnya, kendala tersebut mengakibatkan proses penyerapan sedikit terhambat menyusul sulitnya pencarian stok lantaran persaingan dengan pihak swasta yang berani membeli gabah di bawah standart bulog ataupun tengkulak yang bermain ijon.

“Bulog kesulitan cari stok serta persaingan tinggi dengan pihak swasta, ” ujar Witono.

Diakuinya, pihaknya diharapkan mampu untuk melakukan penyerapan gabah petani sebesar 10 persen dengan target tahun ini untuk Jawa Timur sebanyak 750.0000 ton.

“Kita sedang mendorong Gapoktan-Gapoktan di berbagai wilayah untuk menjual gabahnya ke Bulog serta membentuk tim pembelian gabah petani. Harapan kita sabtu dan minggu tetap ada yg diserap, ” urainya.

Selama ini, lanjutnya, pada hari-hari efektif selain hari libur penyerapan gabah petani rata-rata berkisar antara 7 ribu sampai 9 ribu perhari yang dibeli sesuai aturan  HPP melalui Inpres nomer 5 tahun 2015 yakni harga Gabah kering panen medium dengan kadar air maksimal 25% dan kotoran maksimal 10% akan dibeli dengan harga Rp 3.700/kg. Sementara harga gabah kering giling medium dengan kadar air maksimal 14% dan kotoran maksimal 3% akan dibeli Rp 4.600/kg.

“Masalahnya adalah banyak gabah petani yang tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan, sehingga harganya dibawah itu, “tambahnya.

Hingga bulan mei 2015 khusus untuk Bulog Subdivre Malang tercatat sebanyak 12,078 ribu ton terealisasi yang berasal sari gudang bulog Kebonagung 3,585 ton, Gadingrejo 3,061 ton, Kejapanan 2,846 ton dan Gadang 2,585 ton. 

By : Rosydi
Rubrik : Ekonomi 

BERKEBUN SALAK KULIAHKAN ANAK

Ahmad Khusein (51), petani asal Desa Ketanireng, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, menuai hasil yang memuaskan berkat keuletan dan kerja keras serta keyakinan yang tinggi untuk melakukan suatu usaha. Ia menjalani berkebun buah salak dari tanah yang awalnya di sewa kemudian dibelinya.
Saat ini, pria lulusan salah satu sekolah SMA swasta di Pandaan ini sudah memiliki 1.800 an rumpun (pohon) salak terbagi dari 2 lahan kebun salak yang dimilikinya.

Mengawali menanaman pada tahun 2005, kini Khusein bisa meraup untung dari hasil panenya Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per tahun. “Bagus tidaknya omset penjualan salak ini tergantung cuaca, karna setiap tahun salak ini hanya bisa panen 2 kali,” terang Khusein, Kamis (24/12/2015).

Menurut Khusein, menanam salak jauh lebih menguntungkan daripada padi. “Saya pernah membandingkan bahwasannya keuntungan yang saya dapat lebih bagus daripada menanam padi. Itu disebabkan karna biaya perawatan yang tidak begitu rumit dan mahal.”

Khusein mendapatkan bibit salak pondo ini dari Ubaya Mojokerto, yang mengambil langsung dari Jogjakarta. Maka tidak heran kalau Khusein berkali-kali bilang “ini salak pondo Jogja mas.”

Khusein tidak hanya berkisah manisnya berkebun salak. Ia juga menceritakan kesulitan dan tantangan yang dihadapi sebelum meraih kesuksesan. Menanam salak, kata dia, membutuhkan kesabaran. Karena sedari menanam hingga berbuah membutuhkan waktu lima tahun.

“Pertumbuhan serta perkawinan antara salak jantan dan salak betina lama ketika masih baru menanam. Apabila tidak ulet dalam mengawinkan kedua salak tersebut, salak pondo yang biasanya terasa manis dan gurih akan berubah rasa menjadi sedikit kecut,” terangnya fasih.

Banyak tantangan yang harus dihadapi saat masa awal berkebun salak. Salah satu yang bikin sangat kesal adalah saat salaknya dicuri.

“Lebih dari satu dua kali kebun saya pernah dimasuki orang lain untuk mengambil salak saya” ujar Khusein.

Lokas kebunnya yang jauh dari pemukiman warga memudahkan kebun salaknya jadi sasaran pencurian. Namun, semua kejadian itu ia hadapi dengan sabar.

By : Rosydi
Rubrik : Ekonomi

MUSIM BUAH DURIAN DAN MALAPETAKA

Mulai musim durian rupanya. Mulai banyak orang menjual durian di pinggir-pinggir jalan. Bagi Cak Manap, ini bisa menjadi semacam siksaan kecil. Kenapa? Karena Cak Manap punya sedikit ”pengalaman pahit” dengan durian.

Ada dua jenis buah yang Cak Manap tidak suka. Pertama buah Zaqqum—buah yang menjadi makanan penghuni neraka, kedua buah durian. Buah Zaqqum tentu saja ia benci karena mengandung murka Tuhan. Sedangkan buah durian, Cak Manap kurang menyukainya karena termasuk buah mubaddzir, hanya bisa diemut, sedangkan harganya cukup mahal.

”Durian itu buah asosial, kurang peka terhadap sekitar. Yang bisa memakannya hanya orang-orang tertentu, tapi baunya kemana-mana.” Lagi pula Cak Manap sering kali menjadi korban ”prinsip ekonomi” para penjual durian. Cak Manap kurang berbakat menjadi penggemar durian. Tiga ratus sembilan kali membeli buah tersebut, hampir seluruhnya ia tertipu. Ada tiga kemungkinan setiap kali Cak Manap membeli durian: mentah, busuk atau masak tapi tak manis.

Jika rakyat jelata seperti Cak Manap ingin bisa menikmati durian, kiranya bukan sebuah kesalahan. Sebab pohon-pohon durian itu tumbuh di Indonesia, sedangkan Cak Manap juga termasuk rakyat Indonesia. Kantong tipisnya pun, bukan kesalahan karena tak ada perda yang melarang orang melarat untuk makan durian.

Cak Manap melarat tapi ingin makan durian, menurut kode etik perdagangan tidak harus ditipu dengan durian mentah yang kambing pun tak sudi memakannya. Bolehlah para pedagang menjual durian murah seukuran rambutan, tapi harusnya yang layak konsumsi. Sebab Cak Manap mau membeli durian, bukan kulit dan bijinya.

Prinsip ekonomi memang keji. Dan sayangnya, pedagang-pedagang di kota Cak Manap begitu patuh terhadap prinsip tersebut. ”Kulakan durian sementah-mentahnya, dijual dengan harga setinggi-tingginya”.

Kegiatan produksi yang dalam ilmu ekonomi berarti menambah manfaat serta nilai barang atau jasa, lain praktiknya. Agar kualitas durian meningkat, tak perlu mengadakan rekayasa genetika pohon durian, misalnya okulasi pohon durian dengan batang tebu atau menyuntik pohon dengan gula.
Ada banyak cara ”cerdas” untuk meningkatkan mutu durian. Kalau dulu orang niteni durian masak dari tangkai yang putus dengan sendirinya dari pohon karena sudah tua atau dari baunya yang semerbak, sekarang itu tak menjamin. Tangkai durian bisa dipelintir ketika masih berada di pohon dan bau wangi bisa karena kulit durian sudah disemprot jus daging durian.

Prinsip ekonomi di era kita, jauh berbeda dengan ajaran Nabi. Ilmu ekonomi modern telah mendidik kita menjadi begitu pragmatis. Swalayan menaikkan harga 1000% terlebih dulu sebelum menerakan diskon 70% pada barang dagangannya.

Pedagang kaki lima, bos IRT bahkan perusahaan besar produsen makanan menambahkan bahan-bahan mengerikan dalam produk mereka : pewarna cat tembok atau tekstil, pengawet mayat, bahan bakar roket bahkan zat kimia peluruh ginjal.

Karena prinsip ekonomi itu pula, tiap hari kita harus mengkonsumsi racun yang dinosaurus pun bisa menemui Izrail ”karenanya”. Beras dicampur pemutih, ikan asin dimumi dengan formalin, apel dilapisi lilin, disuntik pemanis sekaligus disemprot cat demi mendongkrak harga jual. Minyak goreng, sudah bekas pakai masih dicampur oli mesin pula. Bangkai ayam yang hanya layak dimakan belatung, malah dijual untuk dikonsumsi manusia. Bahkan demi keuntungan besar, perusahaan operator selular rela menjadi comblang dan panitia sekian ribu tindakan cabul. Me-launching program-program bonus nggedabrusdan SMS.

Demi mendongkrak penjualan, para produsen makanan, minuman dan obat mengatakan produk berbahaya mereka penuh vitamin dan gizi dalam iklan. Demi rating dan “agenda besar” para pemilik stasiun televisi rela memberangus identitas manusia waras. Demi kesejahteraan anak, istri, cucu, cicit, keponakan, Bu De, Bu Lik, Mbah Kakung, Mbah Putri, Buyut dan keturunan kedelapan, para pejabat memperdagangkan BUMN dan masa depan bangsa.

Di negeri Ciprut, durian dan buah Zaqqum seakan tak ada bedanya.

By : Rosydi
Rubrik : Ekonomi

Suton mahasiswa penjual cilok

Pak lek, begitu sapaan akrab Muhammad Sulton (26) ketika berjualan cilok, dia berjualan cilok untuk biaya kuliah dan menghidupi orang tuanya. Demi memenuhi kebutahan hidup bersama sang ibu dan untuk meraih cita-cita Sulton tidak minder meskipun harus berjualan cilok.

Sehari-hari Sulton menjalani aktifitasnya di bangku perkuliahan, dia adalah salah seorang mahasiswa Universitas Yudharta pasuruan, Fakultas Teknik, Jurusan Mesin. Disamping menjadi mahasiswa Sulton Merupakan tulang punggung keluarga.

Sepeninggal ayahnya sulton mulai memutar otak untuk mencari nafkah bagi keluarganya, hingga akhirnya dia memilih untuk berjualan cilok. "Saya sudah hampir 4 tahun berjualan cilok, meskipun sedikit hasilnya tapi cukup lah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari," tutur sulton.

Sulton berjualan mulai jam 03:00 sampai dagangannya habis. Kalau pagi dia menfokuskan untuk belajar di bangku kuliah. Dengan bermodal berjualan cilok dia mampu untuk kuliah dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Dia hidup berdua dengan ibunya yang sudah tua.

Setiap harinya dia mendapatkan lima puluh ribu sampai tujuh puluh ribu rupiah. Dengan penghasilan yang minim sulton masih bisa menyisihkan uang untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

By : Rosydi
Rubrik : Ekonomi